Aryandi Yogaswara Temukan Aksara Indonesia Yang Benar Karena Selama Ini Kita Gunakan Aksara Latin

banner 120x600

Rakyatmerdekanews.com, Jakarta – Banyak orang yang masih belum paham apa yang dimaksud dengan “Bahasa” dan “Aksara”. Nah!

Bahasa itu adalah “lisan” atau “tutur kata”, sedangkan Aksara adalah “tulisan”. Mungkin kita akan lebih mudah membicarakan tentang bahasa karena memang sudah dipakai dalam kehidupan keseharian kita.

Di kawasan Matraman Jakarta (26/2/2025), penulis menemui seorang anak muda yang basic ilmunya sebenarnya seorang ahli teknik perancangan mekanik umum. Tp justru ia bisa menemukan sesuatu yg tidak sesuai bidang keilmuannya. Apa itu? Aksara.

Aksara menurut Aryandi Yogaswara adalah merupakan identitas jati diri suatu bangsa. Rasa kebanggaan dan kecintaan yang mendalam kepada negara nya yang menjadi tanah air dan tumpah darahnya. Karena itu ia menyusun Aksara yang diberi nama Aksara swara.

“Aksara adalah hal yang dianggap penting bagi bangsa Indonesia di usia kemerdekaannya yang ke 80 tahun, Dalam sejarah panjang Indonesia. Saya menyusun Aksara swara ini berangkat dari Sumpah Pemuda yang dibuat pada 28 Oktober 1928. Saya berpikir bahwa Sumpah Pemuda akan menjadi sempurna jika ditambkan : Beraksara satu, yaitu Aksara Indonesia.

“Di tengah arus modernisasi saat ini kita butuh akan aksara nasional yang lebih sederhana, mudah dipelajari, dan dapat menjadi simbol kemerdekaan, persatuan, dan kebangsaan,” tegas Aryandi.

Didampingi kuasa hukumnya, Rama Esa Ayal dan Suryanata K Purba dari LAW OFFICE Rama-Surya & Partners aksara swara ini telah didaftarkan dan dicatatkan hak cipta nya di Dirjen Kekayaan Intelektual Menteri Hukum Indonesia dengan surat pencatatan ciptaan nomor 000852525,

Aryandi Yogaswara yang lahir di Bandung dan kini berusia 45 tahun ini menghabiskan masa kecil serta remajanya di Cianjur. Ia menyelesaikan pendidikan menengahnya di SMA Negeri 1 Cianjur, sebelum melanjutkan studi di Politeknik Manufaktur Bandung, jurusan Teknik Perancangan Mekanik Umum. Saat ini, ia bekerja sebagai Senior Business Development Manager di PT. Parama Solusi Informatika, ia ingin mengembangkan gagasan aksara ini sebagai bagian dari kontribusinya bagi budaya dan identitas bangsa. Motivasinya ini, ia harapkan bisa menciptakan warisan budaya yang dapat diteruskan oleh generasi mendatang.

Untuk mengembangkan konsep dan tujuan Aksara Swara, Aryandi memegang beberapa prinsip yaitu:

1.Kesederhanaan – Dibuat dengan sistem yang lebih mudah dipelajari dibanding aksara tradisional. Bisa memahami hanya dalam waktu satu hari hingga satu minggu.

2.Fleksibilitas – Dapat digunakan untuk menuliskan bahasa Indonesia maupun bahasa daerah tanpa kompleksitas yang tinggi.

3.Nilai Kebangsaan – Menjadi aksara yang dapat mewakili keberagaman Indonesia dan membangkitkan kembali rasa kebanggaan terhadap budaya sendiri.

4.Simbol Kemerdekaan melalui Aksara, hal ini mengingat Aksara Latin yang saat ini digunakan bukan berasal dari kebudayaan bangsa Indonesia sendiri, melainkan merupakan peninggalan dari masa kolonial bangsa Eropa.

4.Kesakralan dan Filosofi – Berbasis pada prinsip nilai-nilai luhur yang mencerminkan kebangkitan spiritual dan peradaban.

Aksara ini tidak sekadar sistem tulisan, tetapi juga mengandung makna mendalam tentang harmoni, keseimbangan, dan nilai-nilai yang dapat menghubungkan masyarakat Indonesia dalam satu identitas yang kuat.

Selain itu, Aksara Swara dituliskan dalam sebuah kitab kebangsaan yang dinamakan Swara, singkatan dari Kamada Swara. Kitab ini menjadi medium utama dalam memperkenalkan dan mengabadikan filosofi Aksara Swara sebagai bagian dari kebangkitan nilai-nilai luhur bangsa.

Sebagai aksara yang baru lahir, Aksara Swara masih membutuhkan dukungan dari berbagai pihak untuk berkembang dan diterima secara luas.

Karena itu Aryandi berharap, bahwa aksara ini dapat menjadi bagian dari warisan bangsa yang tidak hanya dikenal dalam lingkup akademik, tetapi juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan inovasi ini, Aryandi sebagai penyusun aksara tidak hanya berkontribusi pada dunia linguistik dan budaya, tetapi juga memberikan sebuah simbol persatuan yang mencerminkan kebangkitan spiritual dan intelektual bangsa Indonesia karena Aksara Swara bukan sekadar tulisan, melainkan suara zaman yang siap mengukir peradaban baru.

“Demi terwujudnya bangsa Indonesia yang dalam pergaulannya di antara bangsa bangsa dapat mewujudkan terciptanya perdamaian dunia sebagai amanat dari UUD 1945,” ungkap Aryandi menutup pembicaraan. (Amin Bearland)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *