KH. Marsudi Syuhud: Berdebat Kedepankan Ilmu dan Data Bukan Saling Menjatuhkan, Merusak

banner 120x600

Rakyatmerdekanews.com, Jakarta — Pesantren Ekonomi Darul Uchwah gencar menyuarakan kedamaian. Acara yang dipimpin langsung KH. Marsudi Syuhud selaku pengasuh pesantren itu kembali menggelar kegiatan majlis dzikir dan ta’lim, untuk Menyalakan POWER of Connectivity. Bertempat di Pesantren Ekonomi Darul Uchwah, Jalan Kedoya Duri Raya, Masjid Aluchwah 2 No 24, Kedoya Selatan Kebon Jeruk Jakarta Barat, Sabtu, (2/11/2024).

Dalam ceramahnya, pengasuh pesantren Ekonomi Darul Uchwah yang sekaligus tokoh Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Marsudi Syuhud menyampaikan pandangannya soal perbedaan pendapat, kongritnya boleh mengkritik namun sifatnya yang membangun.

Kiai Marsudi mengatakan, hidup didunia baik dilingkungan keluarga atau dalam konteks yang lebih luas lagi berbangsa dan bernegara. Maka kita harus bisa menyikapi hal- hal yang lebih kompleks. Kita boleh berperilaku, namun tentunya harus didasari dengan norma- norma keagamaan dan kesulilaan. Terutama dalam hal menyampaikan pendapat kita boleh melakukan apa yang kita inginkan misal, berbicara, berkeinginan, namun semua itu harus kita pikirkan baik buruknya.Sebab apa yang menurut kita baik dan benar dapat diterima juga di masyarakat. Pasti ada yang suka atau tidak suka , ada yang cocok atau tidak cocok atau belum cocok bahkan sama sekali tidak mau cocok. Oleh sebab itu, semua yang kita lakukan haruslah mempunyai aqidah dan kebaikan, tidak asal saja, ujarnya.

Diterangkan, bahwa menurut Imam Syafi’i “Sesungguhnya tidak ada seorang pun ,kecuali dia orang- orang yang mencintai, namun ada juga orang yang membenci. Jadi setiap orang baik tingkat presiden maupun para menteri atau siapaun pasti ada yang suka dan yang benci itu sudah manusiawi,” ucapnya.

Lalu bagaimana menyikapinya kata Marsudi Syuhud, sebagai pendengar, sebagian masyarakat maupun sebagai pembicara, jika memang terjadi begitu arahnya, maka biarkan saja. Namun kita harus bersama sama mengikuti orang yang taat kepada Allah, pro kontra sudah biasa karena orang orang yang taat kepada Allah jika berdebat selalu mengedepankan ilmu dan data tidak asal serampangan,” paparnya.

“Posisi kita sebagai pendengar dan pengamat biarkan saja kita ikuti dan memilih sikap sesuai aturan Allah atau aturan bangsa kita yang sudah ditentukan dengan cara aturan Allah yang telah disepakati.

Jadi orang bisa menyampaikan atau debat seperti diungkapkan oleh Iman Syafi’i.

“Saya tidak pernah berdebat atau mengeluarkan ide-ide kecuali dalam hal hanya untuk nasehat. Kita bisa beda pikiran tapi hanya sebatas nasehat, bukan menjatuhkan, merusak, walaupun kita tidak setuju. Padahal yang kita sepakati sudah jadi UU dan aturan, “kata Masudi.

Imam Syafi’i mengatakan jelas Syuhud “Saya tidak pernah berdebat kecuali saya tetap mencintai bukan khufur atau membenci apalagi berbuat yang tidak pantas atau zholim. Mestinya mengajak ,membantu dan sama sama untuk menjaga jangan sampai kita beda pendapat kemudian tidak mampu menahan diri , beda pendapat tidak masalah ,kritik positif untuk membangun .

Bagi para yang suka kritik atau debat Saya tidak pernah debat dengan orang kecuali dalam kebenaran. Debat baik melalui lisan saya atau lawan debat karena kebayakan orang ketika debat mengaku yang paling benar. Apa yang benar datang nya dari Allah melalui lisan orang itu , tidak harus melalui lisan kita.Maka ketika berdebat tujuannya agar kita itu beriman yakin tapi mau berbuat baik.

Jadi debat dan kritiknya agar orang orang bisa percaya dan beriman dan mau melakukan program program yang bagus, karya karya yang bagus , legecy yang bagus untuk bisa mendapatkan karya yang dibutuhkan masyarakat,” pingkasnya. (Tien/Red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *