Metri Desa Kelurahan Kledung Kradenan,  Nanggap Wayang Sebagai Tradisi Adhiluhung

banner 120x600

Rakyatmerdekanews.com, Purworejo – Sebagai bentuk rasa syukur warga kelurahan Kledung Kradenan, Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo menggelar acara Pagelaran wayang kulit semalam seuntuk mengambil cerita Kresno Gugah yang diperagakan oleh dalang Ki Sunarpo Guno Prayitno.

Acara metri desa tersebut secara rutin dilaksanakan setahun sekali setiap bulan Rajab. Hal itu dijelaskan oleh ketua panitia Bomantoko SPd, kepada awak media, Sabtu(18/1/2025) malam.

Hadir dalam acara itu Camat Banyuurip Galuh Bekti Pertiwi, Lurah Kledung Kradenan Sunarto, anggota DPRD dari fraksi PDI P Alipman Safe’i, Forkompincam Banyuurip, serta ratusan warga kelurahan setempat.

Bumantoro mengungkapkan, bahwa tradisi nanggap wayang sudah dilakukan sejak pendahulu kami, hingga kini tradisi itu tetap kita lakukan sebagai bentuk tradisi adiluhung serta nguri- uri budhaya jawa,” jelas Bomantoro.

“Merti Desa dengan Pagelaran Wayang Kulit ini sebagai bentuk rasa syukur kami kepada Allah SWT, bahwa penduduk Kledung Kradenan sudah banyak diberi kenikmatan, kesehatan jasmani dan rohani serta barokah sesuai kehidupannya masing-masing.

Yang petani sawahnya hasilnya meningkat, yang pegawai negeri pangkatnya cepat naik, yang pedagang atau pengusaha usahanya laris, dan sebagainya,” ujarnya..

Lebih lanjut Boman mengatakan, bahwa tradisi metri desa adalah sebagai bentuk penghormatan para leluhur desa, seperti Mbah Megantoro, Mbah Kendil Wesi maupun Mbah Bawuk. Mereka ini cikal bakal Kledung Kradenan,” ungkapnya.

Dia berharap, kedepannya tradisi turun temurun ini tetap dilestarikan. Dengan pementasan wayang kulit, selain sudah merupakan tradisi, juga untuk mengenalkan kepada generasi muda untuk mencinta budaya sendiri.

“Jangan sampai diklaim luar negeri. Kita punya prinsip Jowo digowo, arab digarap, barat diruwat,” pungkas Boman.

Lakon Kresno Gugah menceritakan tentang persaingan antara Kurawa dan Pandawa untuk merebutkan Ratu Dwarawati sebagai penasihat menjelang Perang Bharatayuda.

Kresno yang sedang tidur (bertapa) harus dibangunkan terlebih dahulu. Namun, tidak sembarang orang bisa membangunkannya. Arjuna dari pihak Pandawa dan Baladewa dari pihak Kurawa sudah mencoba, tetapi gagal.

Semar, abdi Kresna, memberitahu Arjuna bahwa Kresna sedang bersemadi dan hanya bisa dibangunkan jika seseorang masuk ke dalam jiwanya.

“Lakon tersebut menceriterakan keangkara murkaan Kurawa yang menghendaki kematian Kresna selaku ahli nujum perang Bharata yudha dan pada akhirnya mereka harus kehilangan Prabu Destarasta orang tua Kurawa di Astina karena amukan Kresna yang sudah berubah menjadi raksasa. Lakon ini juga cikal bakal awal terjadinya perang Baratayudha antara Kurawa dan Pandawa,” pungkasnya.( Kun).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *