Rakyatmerdekanews.com, Jakarta – Kasus Viral Gus Miftah yang mengolok-olok penjual es ketika menjajakan barang dagangannya saat ia berdakwah menjadi sorotan.
Dalam tayangan yang beredar, seorang pedagang es teh berjalan di tengah penonton di acara kajian Gus Miftah yang digelar di Magelang Jawa Tengah.
Kejadian tersebut hendaknya kita ambil pelajaran untuk kedepannya. Jangan berpikir benar atau salah, karena dalam perjalan kehidupan kita jika kita bertemu dengan orang lain hanya ada dua hal. Yaitu kita mendapat pelajaran dari orang yang kita temui atau kita memberi pelajaran kepadanya. Hidup adalah pembelajaran. Ada beberapa point yang bisa kita coba garis bawahi tentang kejadian tersebut yaitu :
1. Allah Perencana Terbaik
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman bahwa Ia adalah sebaik-baik perencana, yang tercantum dalam QS. Ali Imran: 54,
“Dan berencanalah kalian, Allah membuat rencana. Dan Allah sebaik-baik perencana”.
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah adalah Pencipta alam semesta dan isinya, sehingga Dia lebih tahu yang terbaik untuk ciptaan-Nya. Allah juga telah menetapkan takdir jauh sebelum manusia ada, seperti jodoh, rezeki, pekerjaan, dan maut.
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah adalah Pencipta alam semesta dan isinya, sehingga Ia lebih tahu apa yang terbaik untuk ciptaan-Nya.
Rencana Allah mencakup aspek dunia dan akhirat, dan tidak akan membawa manusia pada kesesatan.
Untuk menerima takdir dari Allah, umat Muslim dapat:
1. Percaya dan yakin bahwa Allah adalah perencana terbaik
2. Menempatkan Allah sebagai prioritas utama di hati
3. Senantiasa berpikir positif
4. Mencontoh sifat Rasulullah saw. yang mengajarkan akhlakul karimah sifat raja’
2. Dibalik Kesulitan Ada Kemudahan.
Pelajaran yang bisa kita petik adalah teruslah kita bersabar atas ujian, musibah atau perjuangan hidup kita, yakinlah bahwa disetiap kesulitan ada kemudahan.
“Di balik kesulitan ada kemudahan” merupakan pesan yang terkandung dalam Surat Al-Insyirah ayat 5-6:
Surat Al-Insyirah ayat 5
Allah menjelaskan bahwa di balik setiap kesempitan atau cobaan, selalu ada jalan keluar atau kelapangan.
Surat Al-Insyirah ayat 6
Mengulangi pesan yang sama, menekankan bahwa setelah kesulitan pasti datang kemudahan.
Pemahaman bahwa di balik kesulitan pasti ada kemudahan dapat membantu kita untuk:
1. Tidak berputus asa dan menyerah kepada masalah
2. Bersabar dan terus berusaha dengan penuh keyakinan kepada Allah
3. Menemukan solusi dan kemudahan dari Allah dengan tekad, kesabaran, dan usaha yang sungguh-sungguh
Selain dari Al-Qur’an, ada juga hadis-hadis yang menyatakan bahwa di balik kesulitan ada kemudahan, di antaranya: Hadis riwayat Ibnu Jarir dari al-Hasan, Hadis yang diriwayatkan Ahmad
3. Jika Allah SWT Berkendak Semua Bisa Terjadi
Allah meliputi seluruh alam semesta, tidak ada kejadian diluar kehendaknya. Dan Dia mampu menggerakan seluruh alam semesta ini termasuk terhadap diri hambanya. Artinya Dia lah yang menggerakkan para donatur yang memberikan bantuan kepada Sunhaji.
Jika Allah SWT berkehendak, maka segala sesuatu akan terjadi, termasuk hal-hal yang mustahil secara logika atau nalar. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an, di antaranya dalam QS Ali Imran ayat 47 dan Surat Yasin ayat 82:
QS Ali Imran ayat 47: “Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: Jadilah, lalu jadilah dia”.
Surat Yasin ayat 82: “Apabila Ia menghendaki untuk menciptakan suatu makhluk, cukuplah Allah berfirman, ‘Jadilah,’ maka dengan serta-merta terwujudlah makhluk itu”.
Arti “kun fayakun” adalah tanda kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Allah SWT tidak terpaksa dalam melaksanakan apa yang telah Dia kehendaki.
Salam hal ini jika Allah berkehendak sebagaimana sudah ditakdirkan ke manusia tidak perlu ijin kepada hamba Nya. Kita menerima atau menolak takdir itu akan terjadi pada kita. Maka berprasangka baiklah kepada setiap kejadian dan ambil sebagai pelajaran kita.
4. Larangan Mengolok-olok
Dalam Al-Qur’an, mengolok-olok orang lain dilarang, sebagaimana tercantum dalam Surat Al-Hujurat ayat 11
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan-perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu memanggil dengan gelar-gelar yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman. Dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
Selain itu, ayat ini juga melarang: Perempuan mengolok-olok perempuan lain, Saling mencela, Saling memanggil dengan julukan yang buruk
5. Larangan Berkata kasar
Jika ada ungkapan mulutmu harimau mu, mungkin kejadian ini bisa ada korelasinya, karena akibat lidah kita peristiwa ini menjadi viral. Hendaknya kita agar selalu menjaga perkataan kita, atau lebih baik diam jika perkataan kita tidak bermanfaat.
Berikut adalah beberapa ayat Al-Qur’an yang membahas tentang berkata kasar:
QS. Al Qalam: 11: “Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah”.
QS. Al-Humazah ayat (1): “Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela”.
QS. Al-Ahzab: 70-71: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu”.
Selain itu, dalam surat Al-Isra ayat 23-24 dijelaskan larangan anak berkata kasar dan diwajibkan untuk bertutur kata yang mulia kepada orang tua.
Dalam Islam, berkata kasar merupakan perbuatan tercela. Rasulullah SAW menyebut orang yang berkata kotor dan buruk seperti mengutuk, menghina, mengejek, atau perkataan kotor bukan seorang mukmin yang sempurna
6. Larangan Berkata Buruk
Al-Qur’an melarang berkata buruk dalam beberapa ayat, di antaranya:
An-Nisa ayat (148): Allah tidak menyukai ucapan buruk yang diucapkan terus terang, kecuali oleh orang yang dianiaya.
Al Qalam ayat (11): Allah melarang orang yang banyak mencela dan menghambur fitnah.
Surat Ibrahim ayat (26): Perkataan yang jelek diumpamakan sebagai pohon yang buruk, yang tidak dapat berbuah dan berdaun, dan hanya memberikan mudarat.
Selain itu, Al-Hujurat ayat (12) juga melarang bergibah dan prasangka buruk.
Dalam Islam, berkata buruk termasuk perbuatan tercela. Rasulullah SAW menyebut bahwa orang yang berkata kotor dan buruk seperti mengutuk, menghina, mengejek, atau perkataan kotor bukan seorang mukmin yang sempurna.
Ucapan adalah doa menurut Islam, sehingga seorang muslim dilarang untuk mendoakan yang jelek.
7. Maafkan kesalahan orang lain
Memaafkan bagian dari cara agar jiwa kita lebih tenang dibandingkan apabila kita tidak memaafkan kesalahan orang lain bahkan berujung memiliki dendam pribadi terhadap orang lain yang tentunya dendam tersebut merusak hati dan jiwa kita sendiri.
Dalam Al-Qur’an, tidak ada perintah untuk meminta maaf, tetapi ada anjuran untuk memaafkan.
Berikut ini adalah beberapa ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan memaafkan:
1. Surat an-Nisa ayat 149: “Jika kamu menyatakan sesuatu kebajikan, menyembunyikannya atau memaafkan suatu kesalahan (orang lain), maka sungguh, Allah Maha Pemaaf, Maha Kuasa”.
2. Surat Asy Syu’ara ayat 40: “Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah”.
3. Surat Ali Imran ayat 134: “Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 134 juga menyebut bahwa sikap memaafkan kesalahan orang lain merupakan salah satu ciri orang yang bertakwa”.
4. Surat Al Maidah ayat 13: “Allah SWT menjelaskan saat Nabi Muhammad SAW menghadapi orang-orang Yahudi di zaman dahulu janganlah merasa khawatir, tetapi hendaknya memaafkan kesalahan-kesalahan yang pernah mereka lakukan”.
Dalam Islam, memaafkan orang lain sangat dianjurkan. Memaafkan orang lain merupakan salah satu ciri orang yang bertakwa.
8. Rezeki Tidak Disangka-sangka.
Dari kisah kejadian ini kita tentu semakin percaya bahwa rezeki setiap hamba itu sudah di atur oleh Allah SWT. Rezeki bukan dari hasil kerja keras umat manusia, bukan dari hasil kepandaian kita, bukan karena usaha berdagang kita dll, semua itu adalah bagian dari ikhtiar kita namun hasilnya diluar kendali umat manusia.
Rezeki yang tidak disangka-sangka dijelaskan dalam Surat At-Talaq ayat 3, yaitu:
“Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya”.
Ayat ini juga menjelaskan bahwa Allah akan mencukupkan kebutuhan bagi siapa yang bertawakal kepada-Nya.
Ayat ini juga dikenal sebagai Ayat Seribu Dinar. Ayat ini diyakini sebagai sumber keberkahan dan solusi dari berbagai permasalahan hidup, termasuk dalam hal rezeki
9. Bertanggung jawab.
Kita harus apresiasi kepada Gus Miftah yang telah berjiwa besar dan legowo mengundurkan diri dari jabatan. Ini pelajaran yang sangat langka di negara kita tercinta. Semoga menjadi inspirasi bagi kita semua.
Menurut Al-Qur’an, tanggung jawab merupakan bagian dari ajaran Islam yang disebut mas’uliyyah. Tanggung jawab dalam Islam diartikan sebagai amanah yang dititipkan Allah kepada manusia untuk dijaga dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Berikut beberapa ayat Al-Qur’an yang membahas tentang tanggung jawab:
Surah al-Mudatsir ayat 38 yang menjelaskan bahwa setiap individu bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya
Ayat yang menjelaskan bahwa manusia akan ditanya tentang apa saja yang telah mereka kerjakan selama di dunia dan semua itu akan dimintai pertanggungjawaban
Tanggung jawab merupakan ciri-ciri dari manusia beradab. Manusia yang bertanggung jawab akan menyadari akibat perbuatan yang baik maupun yang buruk.
10. Pelajaran Sedekah.
Akibat kejadian tersebut timbul getakan spontan empati dari sesama manusia dan tergerak hatinya untuk melakukan bantuan /sedekah baik materi, maupun ilmu.
Menurut Al-Qur’an, sedekah memiliki banyak keutamaan, di antaranya:
Allah akan memperlipatgandakan pembayaran kepada orang yang bersedekah. Hal ini tercantum dalam Surah Al-Baqarah ayat 245.
Sedekah dapat menghapus sebagian kesalahan. Hal ini tercantum dalam Surah Al-Baqarah ayat 271.
Sedekah dapat mensucikan harta.
Sedekah dapat memberikan naungan di hari kiamat.
Selain itu, sedekah juga memiliki keutamaan lainnya, seperti:
1. Sedekah dapat menolak berbagai macam bala, termasuk penyakit.
2. Sedekah dapat memudahkan dalam menghapus dosa-dosa.
3. Sedekah dapat mendatangkan berkah.
4. Sedekah dapat terhindar dari kematian buruk.
11. Percaya Kepada Qada dan Qadar
Sebagai orang yang beriman tentu percaya bahwa tidak ada kejadian tanpa diketahui dan atas kehendak Allah.
Beriman kepada takdir Allah SWT juga merupakan salah satu rukun iman umat Islam. Hal ini sesuai dengan surah Al-Qamar ayat 49 berikut ini,
innâ kulla syai’in khalaqnâhu biqadar
Artinya: “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu sesuai dengan ukuran.”
Qada adalah ketetapan Allah SWT sejak sebelum penciptaan alam semesta (zaman azali), sedangkan qadar adalah perwujudan ketetapan Allah SWT (qada) yang disebut takdir.
12. Hukum Tabur Tuai
Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang kebaikan sebesar biji zarah adalah Surat Al-Zalzalah ayat 7, yang berbunyi:
“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya”
Ayat ini menjelaskan bahwa setiap amal kebaikan atau keburukan, walau sebesar zarrah, akan mendapatkan balasannya masing-masing.
Imam Ibnu Katsir menafsirkan bahwa zarrah yang dimaksud dalam ayat tersebut artinya seberat semut kecil.
Wahbah bin Musthafa Az-Zuhaili menafsirkan bahwa ayat ini berarti jangan sekali-kali meremehkan kebaikan sedikitpun.
Ayat ke-8 dari Surat Al-Zalzalah dalam Al-Qur’an berbunyi, “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarah atau sebesar semut, niscaya dia akan melihat balasannya”.
Surat Al-Zalzalah merupakan surat urutan ke-99 dalam Al-Qur’an dan termasuk golongan surat Madaniyah. Surat ini berisikan 8 ayat.
Isi kandungan Surat Al-Zalzalah ayat 7-8 adalah Allah SWT memberitahukan kepada para hamba bahwa setiap amal kebaikan atau keburukan walau sebesar ‘zarrah’ punya balasannya masing-masing.
Dari poin ini bahwa apapun yg kita lakukan akan tercatat dan mendapat balasan walau sekecil apapun yg kita lakukan.
Jika kita tidak suka atas buly an atau cemoohan dari Gus Miftah. Lalu para netizen melakukan hal yang sama kepada Gus Mifta apa yang terjadi?. Di satu sisi kita mencela perbuatan orang lain, disisi lain perbuatan tersebut kita lakukan terhadap orang lain.
Jika perlakuan Gus Mistah terhadap Sunhaji sudah saling memaafkan dan dianggap tuntas, bagaimana perilaku para netizen yang mencemooh Gus Mistah?. Apakah sudah meminta maaf dan saling memaafkan?. Ini yang menjadi bahan introspeksi diri masing2.
Semoga kita semua selalu diberikan petunjuk dan mendapat rahmat, hidayah, perlindungan serta Ridho Nya. Aamiin.
Penulis :
1. Jurnalis di Media online Nasional Rakyatmerdekanews.com
2. Aktifis di Salah Satu LSM Di Kota Bekasi