Waketum MUI Marsudi Syuhud Angkat Bicara, ‘Kritik Itu Membangun Bukan Caci Maki’

Foto Ist: KH. Marsudi Syuhud

RakyatMerdekaNews, Jakarta — Waketum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH. Marsudi Syuhud dinilai aktif menyikapi isu terhangat di tanah air. Tokoh ulama NU ini turut menyikapi pernyataan Rocky Gerung yang saat ini sedang viral di sosial media (sosmed).

“Kritik itu memperbaiki bukan mencaci maki, kritik boleh digunakan dengan kata benar bukan menggunakan kata-kata goblok, bego, bajingan,” ucapnya dalam acara Pengajian rutin Majelis Dzikir dan Manaqib Syehk Abdul Qodir Djaelani di Pesantren Ekonomi Darul Uchwah, Kedoya, Jakarta Barat, Sabtu (5/08/2023).

Marsudi mengibaratkan kritik itu seperti vitamin atau vaksin karena bagian dari memperbaiki.

“Dalam sejarah sahabat Abu Bakar Abu Bakar menjadi khalifah, beliau membuka ruang untuk di kritik Khalifah Abu Bakar jadi pemimpin. Dalam pidatonya setelah diangkat di Khalifah Abu Bakar Siddiq membuka ruang untuk dikritik beliau menyampaikan ‘Aku bukanlah manusia terbaik diantara kalian, maka bila aku membuat kebajikan, kebaikan sesuatu yang baik maka dukunglah, namun bila aku bersikap buruk tidak baik keluar dari aturan-aturan maka luruskanlah aku, sesuatu dengan tujuan dan target yang di cita-citakan bersama, “tukas pengasuh Pesantren ekonomi Darul Uchwah.

Kejujuran adalah amanah dan dusta itu sebuah penghianatan, Siapa saja yang menjadi pemimpin harus berani membuka diri untuk dikritik, KH Marsudi Syuhud yang saat ini menjabat Waketum MUI.

“Di dalam Al-Qur’an pun di jelaskan dalam surah Al-Asr “watawa saubil haq watawa saubil sabr” yang artinya saling menasihatilah kalian dalam kesabaran dan saling menasihatilah dalam kebenaran. Sangat jelas berilah wasiat-wasiat dengan kebenaran, jangan mengunakan data yang salah,
data yang tidak tepat kalau, data hoax,” tambah kyai asal Klirong Kebumen Jawa Tengah.

Masih menurut Anggota Global Peace Foundation, Dalam mengkritik pun tidak cukup hanya dengan kebenaran tetapi harus disampaikan dengan cara yang benar, tepat dengan bahasa kata-kata yang baik, nyambung, connect.

“Sebelum dengan kata-kata, bahkan kritikpun bisa dilakukan dengan guestur bahasa tubuh atau bahasa isyarat, seoerti dengan kedipan mata saja, dengan telunjuk tangan, mata kita melotot sedikit mulut tambah satu senti ke depan orang sudah memahami, artinya belum pakai kata-kata pakai saja orang sudah paham,” tambah Mantan Sekjend NU.

Masih menurur KH Marsudi, Apabila menggunakan kata-kata pun harus jelas instruksinya sehingga dipahami dengan jelas. Kritik yang disampaikan dengan memakai kata-kata yang tidak baik, akan menjadi hal buruk apabila ditiru oleh anak-anak kita.

“Sesuatu kebenaran saja tidak cukup walau faktanya benar sekalipun, KH Marsudi mencontohkan, memanggil orang difabel walau faktanya maaf kaki Pincang, kita tidak bisa memanggilnya dengan sebutan si Pincang tidak boleh. karena kita harus memggunakan ahklak dan budaya,” tutup KH Marsudi Syuhud. (Surya/Tin)

banner 325x300

banner 325x300

banner 325x300

banner 325x300

banner 325x300

banner 325x300

banner 325x300

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *